Jumat, 18 Januari 2013

mensyukuri nikmat ALLAH


وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
009. (Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka akan menjawab,) dari lafal Layaquulunna terbuang Nun alamat Rafa'nya, karena jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang berturut-turut, dan hal ini dinilai jelek oleh orang-orang Arab. Sebagaimana dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui") jawaban terakhir mereka adalah, "Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu." Selanjutnya Allah swt. menambahkan:
 الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْداً وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُون
010. (Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat menetap) sebagai hamparan yang mirip dengan ayunan bayi (dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kalian) dilalui (supaya kalian mendapat petunjuk) untuk mencapai tujuan-tujuan di dalam perjalanan kalian.
 وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً كَذَلِكَ تُخْرَجُون

011. (Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang disertai dengan angin topan (lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali.
 وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُون
012. (Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan) berbagai jenis makhluk berpasang-pasangan (semuanya, dan menjadikan untuk kalian kapal) atau perahu-perahu (dan binatang ternak) misalnya unta (yang kalian tunggangi) di dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir yang kembali kepada lafal Ma demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi maksudnya, yang dapat kalian kendarai.
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِين
013. (Supaya kalian dapat duduk) tetap (di atas punggungnya) Dhamir yang ada pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk jamak sehingga menjadi Zhuhur; hal ini karena memandang makna yang terkandung di dalam lafal Ma (kemudian kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya dan supaya kalian mengatakan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya) tidak dapat menguasainya.
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً وَتَخْلُقُونَ إِفْكاً إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقاً فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
017. (Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan) .
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُون


041. (Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat.


 قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِين

042. (Katakanlah) kepada orang-orang kafir Mekah: ("Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.") Yaitu mereka dibinasakan disebabkan kemusyrikan mereka, rumah-rumah dan tempat-tempat mereka kini kosong tak berpenghuni lagi karena penghuninya telah binasa. 
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِين

056. (Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi) dengan melakukan kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan maksiat (sesudah Allah memperbaikinya) dengan cara mengutus rasul-rasul (dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut) terhadap siksaan-Nya (dan dengan penuh harap) terhadap rahmat-Nya. (Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang yang taat. Lafal qariib berbentuk mudzakkar padahal menjadi khabar lafal rahmah yang muannats, hal ini karena lafal rahmah dimudhafkan kepada lafal Allah.


 وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَاباً ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون

057. (Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni terpencar-pencar sebelum datangnya hujan. Menurut suatu qiraat dibaca dengan takhfif, yaitu syin disukunkan; dan menurut qiraat lainnya dengan disukunkan syinnya kemudian memakai nun yang difatahkan sebagai mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dengan disukunkan syinnya kemudian didamahkan huruf sebelumnya sebagai pengganti dari nun, yakni mubsyiran. Bentuk tunggal dari yang pertama ialah nusyuurun seperti lafal rasuulun, sedangkan bentuk tunggal yang kedua ialah basyiirun (sehingga apabila angin itu membawa) maksudnya meniupkan (mendung yang tebal) yaitu hujan (Kami halau mendung itu) mega yang mengandung air hujan itu. Di dalam lafal ini terkandung makna iltifat `anil ghaibiyyah (ke suatu daerah yang tandus) daerah yang tidak ada tetumbuhannya guna menyuburkannya (lalu Kami turunkan di daerah itu) di kawasan tersebut (hujan, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah) cara pengeluaran itulah (Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati) dari kuburan mereka dengan menghidupkan mereka kembali (mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran) kemudian kamu mau beriman.


 وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِداً كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُون

058. (Dan tanah yang baik) yang subur tanahnya (tanaman-tanamannya tumbuh subur) tumbuh dengan baik (dengan seizin Tuhannya) hal ini merupakan perumpamaan bagi orang mukmin yang mau mendengar petuah/nasihat kemudian ia mengambil manfaat dari nasihat itu (dan tanah yang tidak subur) jelek tanahnya (tidaklah mengeluarkan) tanamannya (kecuali tumbuh merana) sulit dan susah tumbuhnya. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang kafir. (Demikianlah) seperti apa yang telah Kami jelaskan (Kami menjelaskan) menerangkan (ayat-ayat Kami kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap Allah, kemudian mereka mau beriman kepada-Nya.

Shalahudin Al-Ayyubi

Great Leader itu bernama Shalahuddin al-Ayubi. Penakluk Palestina yang merebut kambali tanah suci Palestina dari tangan pasukan salib Kristen Eropa. Orang-orang Barat mengenalnya dengan Saladin, dan namanya abadi di Eropa ratusan tahun lamanya. Saking hebatnya Shalahuddin, di Eropa diberlakukan pajak yang disebut Pajak Saladin (Saladin Thite).
Shalahuddin al-Ayubi, terlahir dengan nama Yusuf Shalahuddin bin Ayub pada sekitar tahun 1138 M. Dia berasal dari suku Kurdi. Keluarganya tinggal di Tikrit, sekarang termasuk wilayah Irak, tempat di mana saat itu Islam sedang berjaya. Ayahnya, Najmuddin Ayub, diusir dari Tikrit dan pindah ke Mosul tempat di mana dia bertemu dengan Imaduddin Zengi, penguasa Mosul, yang juga pendiri Dinasti Zengi, yang memimpin tentara muslim melawan Pasukan Salib di Edessa. Imaduddin menunjuk Najmuddin untuk memimpin bentengnya di Baalbek. Setelah kematian Imaduddin Zengi tahun 1146, anaknya, Nuruddin menjadi penguasa Mosul. Shalahuddin dikirim oleh Nuruddin ke Damaskus untuk melanjutkan pendidikannya.
Shalahuddin kemudian memasuki Mesir. Saat itu Mesir dikuasai oleh Khilafah Fathimiyah. Pada tahun 1171, al-Adhid, penguasa Mesir dari Dinasti Fathimiyah wafat. Shalahuddin bersegera meruntuhkan kekuasaan Khilafah Fathimiyah dan segera mengembalikan kekuasaan yang sah kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Shalahuddin melakukan revitalisasi perekonomian Mesir, mereformasi militer, serta menerapkan kembali nilai-nilai keislaman. Shalahuddin membangun sekolah-sekolah dan rumah sakit. Dia juga membuka gerbang istana untuk umum, di mana sebelumnya hanya bagi kalangan bangsawan saja. Pada saat itu Pasukan Salib menyerang Alexandria Mesir, namun dengan kegigihan muslimin dan pertolongan Allah, mereka berhasil dikalahkan.
Shalahuddin selalu berupaya mengusir salibis dari tanah suci Palestina, namun ia berpikir, bahwa agar menang ia harus menyatukan Mesir dan Syiria, seperti yang dicita-citakan Nuruddin. Maka datanglah Shalahuddin untuk menaklukkan Syiria tanpa perlawanan berarti, bahkan disambut oleh penduduk Syiria. Di sana Shalahuddin menikahi janda Nuruddin untuk memperkuat hubungan antara penguasa dirinya dengan penguasa sebelumnya. Ketika Shalahuddin menyatukan Aleppo pada tahun 1176, dia hampir dibunuh oleh Hasyasyin, pembunuh rahasia terorganisir yang dibentuk oleh Syi’ah Ismailiyah untuk membunuh pemimpin-pemimpin Sunni. Dengan kepiawaian politik yang luar biasa, Shalahuddin meminta restu dari Khalifah al-Mustadhi dari Khilafah Abbasiyah untuk merekonsiliasikan wilayah-wilayah yang belum sepenuhnya tunduk kepada Khilafah Abbasiyah.
Kedekatan dengan ulama pun dibangun oleh Shalahuddin, di mana ia selalu meminta nasihat para ulama dalam menjalankan kebijakan militer dan pemerintahannya. Salah seorang ulama terkenal dari Mazhab hambali, Ibnu Qudamah, menjadi penasihat Shalahuddin, dan mendampinginya saat Shalahuddin menaklukkan Palestina.
Setelah Syiria mencapai kondisi stabil, Shalahuddin kembali ke Kairo untuk mengadakan beberapa perbaikan. Dia menitipkan Syiria kepada saudaranya. Shalahuddin membangun benteng mengelilingi mesir untuk membendung serangan musuh dan melindungi penduduknya. Pembangunan benteng itu dipercayakannya kepada Bahaudin Qarqusy. Shalahuddin juga membangun armada laut untuk melindungi Mesir dari berbagai serangan Pasukan Salib.
Ketika itu kondisi kaum muslimin sedang berada dalam salah satu kondisi terburuk. Gelimangan harta dan kenikmatan hidup telah membutakan mata hati mereka sehingga mereka enggan berjihad. Karena kekhilafahan Islam membuat kehidupan begitu makmur dan sejahtera, kaum muslimin menjadi terlena sehingga mereka tidak mampu menahan serangan pasukan salibis. Karena itulah berinisiatif untuk mengadaka peringatan Maulid Nabi Muhammad demi mengingatkan kaum muslimin agar kembali kepada jalan Islam dengan berjihad dan berdakwah menjalakan perintah Allah dan RasulNya.
Dengan parade Maulid Nabi itu Shalahuddin mengingatkan kaum muslimin kepada perjuangan dan pengorbanan Rasulullah dan para sahabatnya dalam mempertahankan kehormatan agama Allah ini. Sangat jelas sekali bahwa tujuan diselenggarakannya Maulid nabi adalah untuk membangkitkan kembali ruhul jihad kaum muslimin yang telah lama membeku. Setelah parade Maulid nabi yang diselenggarakan di seluruh negeri-negeri Islam itu, terbentuklah pasukan jihad yang sangat besar. Beda banget sama Maulid Nabi yang ada sekarang. Maulid sekarang mah nggak membangkitkan semangat jihad dan nggak mampu membentuk pasukan jihad untuk membebaskan saudara-saudara kita di palestina yang sedang dibantai Israel.
Setelah segala konsolidasi selesai, Shalahuddin mulai melirik Palestina yang tengah dikuasai oleh tentara Salib Eropa. Terngiang di telinga Shalahuddin jeritan orang-orang yang dibantai pasukan salib. Tahun 1177 M Shalahuddin mulai membangun pasukan untuk berjihad mengambil kembali tanah suci kaum muslimin. Pertama ia masuk menaklukkan Askalon dan Ramallah, dengan mengalahkan Pasukan Salib di beberapa pertempuran. Namun pada pertempuran Montgisard tanggal 25 November 1177 M, Shalahuddin mengalami kekalahan yang cukup parah saat melawan pasukan Reynald de Chatillon dan Baldwin IV, dan menjadi pelajaran berharga baginya.
Awalnya pertempuran terjadi antara pasukan Shalahuddin dengan pasukan Baldwin IV Raja Palestina, tapi kemudian datang pasukan Reynald de Chatillon, Balian de Ibelin, dan pasukan Kastria Templar. Dikeroyok begitu rupa, pasukan Shalahuddin tercerai berai dan beberapa prajurit terbaiknya syahid. Baldwin terus mengejar pasukan Shalahuddin sampai malam, Shalahuddin mundur ke Askalon sampai ke Mesir dengan sisa pasukannya. Kekalahan ini disyukurinya karena banyak mengantarkan pasukan muslim mencapai cita-citanya yaitu syahid, dan sekaligus menjadi pecut penyemangat agar berjuang lebih kuat lagi.
Ruhul jihad terus bergelora di hati Shalahuddin dan dia membentuk lagi tentara Allah untuk merebut Palestina. Kafilah jihadnya terus berangkat ke Damaskus, dengan nyanyian-nyanyian jihad yang mengundang seluruh kaum muslimin untuk bergabung. Shalahuddin kemudian melancarkan serangan berikutnya dari Damaskus. Dia meyerang Tiberias, Tyre, dan Beirut. Pada Juni 1179 M, sampailah kafilah jihad Shalahuddin di pinggir kota Marjayoun dan berhadap-hadapan lagi dengan pasukan Baldwin IV, musuh lamanya. Pasukan Baldwin kalah telak dan banyak yang tertangkap termasuk Raja Raymond. Baldwin sendiri lolos dan mundur.
Bulan Agustus tahun yang sama, pasukan Shalahuddin mengepung Benteng Chastellet di Hebrew. Benteng ini belum selesai dibangun, baru rampung satu dinding dan satu menara. Baldwin sendiri tidak ada di tempat, dia sedang sibuk membangun pasukan di Tiberias. Shalahuddin menaklukkan benteng ini, dan ketika Baldwin datang dari Tiberias (jaraknya hanya setengah hari perjalanan), Baldwin melihat panji-panji syahadat warna hitam dan putih telah berkibar di Benteng Chastellet. Dengan gentar Baldwin mundur.
Palestina adalah tanah suci kaum muslimin. Seorang Ulama, Ibnu Zaki, berkhutbah: “Kota itu adalah tempat tinggal ayahmu, Ibrahim, dari situlah Nabi Muhammad diangkat ke langit, kiblatmu sholat pada permulaan Islam, tempat yang dikunjungi orang-orang suci, makam-makan para Rasul. Kota itu adalah negeri tempat manusia berkumpul pada hari kiamat, tanah yang akan menjadi tempat berlangsungnya kebangkitan”.
Shalahuddin mengerahkan segenap kekuatan mujahidin untuk menggempur benteng Palestina. Barisan pelontar batu api (manjaniq) dikerahkan untuk meruntuhkan benteng Palestina. Balian de Ibelin juga balas melontarkan manjaniq-nya sehingga kaum muslimin menjemput syahid. Tekanan mujahidin begitu kuat, sehingga Balian mengirim dua orang utusan untuk meminta jaminan keselamatan dari Shalahuddin. Namun Shalahuddin menolak dan mengingatkan mereka akan pembantaian besar yang mereka lakukan seratus tahun lalu di tahun 1099 M. Akhirnya Balian de Ibelin datang sendiri menghadap Shalahuddin dan mengancam akan membunuh semua manusia di dalam benteng, menghancurkan masjid Al-Aqsa, dan berjuang sampai mati, jika permohonannya tidak mendapat jaminan keamanan. Setelah mengadakan syura dengan beberapa ulama dan penasihat militer, Shalahuddin menerima proposal Balian de Ibelin.
Syarat Shalahuddin adalah Balian de Ibelin harus menyerahkan Palestina secara penuh kepada kaum muslimin. Kemudian seluruh prajurit kristen Eropa wajib menebus diri mereka sendiri dalam waktu 40 hari. Akhirnya pada hari Jumat bertepatan dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammd tanggal 27 Rajab 583 H (2 Oktober 1187 M), Shalahuddin memasuki Palestina dengan panuh kedamaian dan ketenangan. Masjid-masjid dibersihkan dari salib-salib kafir dan setelah 88 tahun tak terdengar menggantikan lonceng-lonceng kematian. Dan hanya dengan pasukan jihad-lah Palestina detik ini bisa dibebaskan dari tangan penjajah keji Israel. Hanya dengan jihad…

Dari Nu'man bin Basyir ra, Rasulullah saw bersabda, "Inna ahwana ahlin naari 'adzaaban yaumal qiyaamati larojuulun tuudho'u fii akhmashi qodamaihi jamrotun yaghlii minhaa dimaaghuhu/Sesungguhnya azab yg paling ringan dari penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yg diletakkan pada kedua telapak kakinya sepotong bara api (neraka), menyebabkan otaknya mendidih." (Muttafaq 'alaih)

Selasa, 15 Januari 2013

bahaya sengatan tawon

Ini kejadian yang baru saja aku saksikan sendiri, bahwa sengatan tawon bisa berakhir dengan kematian. Oleh karena itu aku merasa perlu membagi pengalaman yang aku saksikan kepada teman-teman .
Dua orang laki-laki dewasa muda dibawa ke ruang emergency di salah satu rumah sakit karena disengat lebah di tempat kerja. Yang seorang menunjukkan gejala lebih ringan dibanding yang satunya, mungkin ada kaitannya dengan jumlah tawon yang menyengatnya.
Yang satu mungkin disengat oleh lebih dari dua puluh ekor tawon, di punggung dan di kepala dan gejala yang dirasakan dan dikeluhkan adalah panas, panas yang sangat pastinya, karena dia sampai berteriak-teriak selama dalam penanganan di ruang gawat darurat. Sekalipun tindakan pengobatan telah diberikan secepatnya, dua hari kemudian pasien meninggal dunia karena gangguan pada beberapa organ akibat reaksi allergi yang ditimbulkan.
Tawon yang seringkali orang menyebutnya lebah , padahal mereka berbeda, merupakan salah satu anggota ordo Hymenoptera yang terdiri dari Lebah, Tawon dan semut. Serangga ini sesuai dengan arti nama yang disandangnya adalah hewan yang memiliki sayap (pteron) yang bermembran (hymen).
Serangga terbang ini kalau diganggu atau terganggu sering menyengat dan akibat yang ditimbulkan bisa ringan tapi bisa juga berat, fatal , karena korban yang tersengat bisa meninggal (tergantung dari sensitivitas individu) yang disebabkan karena reaksi alergi terhadap racun tawon . Hanya tawon betina yang mempunya alat penyengat, alat penyengatnya terdapat di bagian perut (abdomen) yang fungsi sebenarnya adalah sebagai saluran penyalur telur (ovipositor).
Ada anggapan bahwa setelah tawon menyengat korbannya maka tawon atau lebah tersebut akan mati. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena ada tawon yang mampu menyengat berkali-kali.
Secara klinis orang yang disengat tawon akan menunjukkan gejala-gejala yang sifatnya bisa lokal atau sistemik karena envenomation atau pun karena reaksi alergi
Envenomation
Sekali venom dikeluarkan dan tersalurkan pada tubuh korban maka akan segera timbul reaksi berupa nyeri yang hebat dan diikuti dengan peradangan setempat di lokasi sengatan bisa berupa bengkak kemerahan, gatal dan rasa seperti terbakar. Sengatan yang banyak, misalnya disengat oleh beberapa ekor tawon juga bisa menyebabkan gejala muntah, diare, pingsan, sesak nafas, gangguan perdarahan dan kematian
Reaksi Alergi
Kematian juga bisa disebabkan karena reaksi alergi cepat (anafilaksis) yang menyebabkan syok. Reaksi ini terjadi paling sering pada 15 menit pertama setelah venom dikeluarkan dari kantungnya dan masuk ke tubuh korban. Walaupun jarang terjadi, reaksi alergi yang lambat (delayed-onset) bisa juga terjadi, yang bisa menyebabkan kelainan di sendi dimana korban akan merasakan nyeri di sendi dan demam, gangguan pada ginjal berupa proses peradangan (nefritis), dan sindroma Gullian Barre yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan yang bisa saja berakhir dengan kematian
Melihat akibat yang dapat ditimbulkan oleh venom serangga terbang tersebut, maka apabila tersengat tawon segeralah bawah korban ke rumah sakit, untuk mendapatkan penanganan yang tepat, sekalipun nyeri akibat sengatan bisa menghilang tanpa pengobatan dalam waktu beberapa jam.
Jika tersengat tawon, jangan melakukan upaya melepaskan tawon dari badan dengan cara menariknya, karena hal ini dapat menyebabkan venom yang masih terdapat dalam kantongnya yang terdapat dibagian perutnya justru akan keluar. Lakukan secara hati-hati, sengatnya bisa dilepaskan dengan menggunakan benda tajam, misalnya pisau, lalu cuci dengan sabun dan air.
Dan untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan, pada area yang tersengat bisa dikompres es, daging mentah atau diberi cream yang mengandung anti histamin dan kortikosteroid.

QARUN



QARUN

Pada zaman Nabi Musa ada seorang umatnya yang sangat miskin. Namun, dia sangat rajin beribadah. Dia bernama Qarun. Dia termasuk orang beriman yang disayangi Musa. Hidup Qarun sangatlah sederhana, dkadang-kadang dia tidak punya makanan dan pakaian. Dia pun merasa bosan dengan kemiskinan yang membelitnya.
Qarun adalah bangsa Israil sebagaimana nabi Musa. Sejumlah penafsir al Qur’an mengatakan ia adalah sepupu nabi Musa. Sebagian yang lain menyebutnya paman nabi Musa. Tetapi, di dalam al Qur’an memang hanya disebut sebagai ’kaum Musa’. Tidak begitu jelas apakah ia paman ataukah sepupu.
Qarun hidup di zaman Firaun Ramses II sebagaimana juga Musa. Meskipun Qarun mengaku mengikuti agama Musa, ia justru sangat dekat dengan Ramses II yang memusuhi Rasul Allah itu. Bahkan ia memperoleh penghasilan besar dari posisinya yang mendua. Ramses memanfaatkan Qarun untuk menjadi mata-mata dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang bisa membahayakan kedudukan Firaun.
Sebagaimana kita ketahui, Bani Israil adalah bangsa pendatang di negeri Mesir. Mereka datang ke negeri Firaun ini pada zaman nabi Yusuf, di sekitar abad 17 SM. Mereka memperoleh izin tinggal di Mesir karena penguasa saat itu adalah bangsa Hyksos yang secara emosional dekat dengan penduduk Palestina, Bani Israil. Namun, seiring dengan jatuhnya kekuasaan Hyksos ke tangan Firaun lagi di zaman New Kingdom, bangsa Israil menjadi bangsa kelas dua yang sering dianiaya oleh Firaun. Mereka banyak yang dijadikan budak, dan dijadikan sebagai ’pekerja paksa’ untuk membangun proyek-proyek Firaun. Sampai kelak dibebaskan oleh nabi Musa, dengan cara eksodus ke palestina kembali.
Suatu hari Qarun mendatangi Musa. Dia mengadukan nasibnya yang malang.
“Hai Musa, mohonkanlah kepada Tuhanmu agar aku tidak dililit kemiskinan,” ucap Qarun dengan nada memohon.
“Baiklah, aku akan berdoa kepada Alalh, “ucap Musa.
Qarun pulang dengan hati lapang. Dia yakin Allah akan mengabulkan doa Musa.
Musa pun berdoa kepada Allah. Dan Allah pun mengabulkan doanya. Qarun menjadi orang kaya. Malah menjadi sangat kaya. Hartanya sangat banyak. Gudang-gudang rumahnya berisi emas perak yang berlimpah. Dia memiliki beribu-ribu gudang harta. Sampai-sampai para pegawainya harus memikul kunci-kunci gudang hartanya tersebut.
Musa yang mendengar bahwa Qarun telah menjadi orang kaya segera mendatangi Qarun. Musa akan menagih janji kepada Qarun agar menyedekahkan sebagian hartanya kepada orang yang miskin.
Qarun yang telah menjadi orangkaya berubah menjadi orang yang sombong. Dia tidak mau  menyedekahkan hartanya. Ketika Nabi Musa mendatanginya, dia menghadapinya dengan wajah congkak dan sombong.
“Hai, Qarun, janganlah engkau terlalu bangga karena hartamu karena semua itu milik Allah. Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini,” ucap Musa yang sudah tidak sabar dengan kesombongan Qarun.
“Enak saja engkau bicara, aku mendapatkan harta ini karena kerja kerasku. Aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk orang lain.” Ucap Qarun lagi.
“Qarun bertobatlah sebelum siksa Allah datang.”
“Tidak akan ada yang bisa menyiksaku. Hartaku banyak, aku juga punya banyak penjaga yang akan melindungiku,” ucap Qarun lagi.
“Ingatlah Qarun, siksa Allah akan datang,” ucap Musa sambil pergi meninggalkan Qarun.
 Allah SWT memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan harta kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas [28]: 78).
Malam itu qarun tidak dapat tidur. Di telinganya terngiang-ngiang ucapan Musa. Namun semuany sudah terlmabat karena siksa Allah sudah ada di depan mata. Tanpa sempat dia menarik napas, bumi berguncang. Tiba-tiba, semua yang miliknya tenggelam di telan bumi. Begitu juga dengan Qarun yang ikut tenggelam bersama harta miliknya.
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan bencana sebagai hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain. ”Maka, kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada suatu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.” (QSAl Qashas[28]:81).

Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah SWT berfirman, ”Dan sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Fir’aun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari kehancuran.” (QSAl-’Ankabut[29]:39).

Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sifat bersyukur. Allah SWT melalui syariat yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan kita bagaimana cara menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti sedekah, zakat, infak, dan wakaf.
Dalam Alquran, Allah SWT menjanjikan, ”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha penyayang.” (QS Albaqarah [02]: 261).
Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak tersesat seperti Qarun. Karenanya, Allah SWT mengingatkan bahwa hendaklah kita bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah yang tidak dilakukan Qarun sehingga Allah SWT menimpakan bencana terhadapnya.
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).