Selasa, 15 Januari 2013

QARUN



QARUN

Pada zaman Nabi Musa ada seorang umatnya yang sangat miskin. Namun, dia sangat rajin beribadah. Dia bernama Qarun. Dia termasuk orang beriman yang disayangi Musa. Hidup Qarun sangatlah sederhana, dkadang-kadang dia tidak punya makanan dan pakaian. Dia pun merasa bosan dengan kemiskinan yang membelitnya.
Qarun adalah bangsa Israil sebagaimana nabi Musa. Sejumlah penafsir al Qur’an mengatakan ia adalah sepupu nabi Musa. Sebagian yang lain menyebutnya paman nabi Musa. Tetapi, di dalam al Qur’an memang hanya disebut sebagai ’kaum Musa’. Tidak begitu jelas apakah ia paman ataukah sepupu.
Qarun hidup di zaman Firaun Ramses II sebagaimana juga Musa. Meskipun Qarun mengaku mengikuti agama Musa, ia justru sangat dekat dengan Ramses II yang memusuhi Rasul Allah itu. Bahkan ia memperoleh penghasilan besar dari posisinya yang mendua. Ramses memanfaatkan Qarun untuk menjadi mata-mata dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang bisa membahayakan kedudukan Firaun.
Sebagaimana kita ketahui, Bani Israil adalah bangsa pendatang di negeri Mesir. Mereka datang ke negeri Firaun ini pada zaman nabi Yusuf, di sekitar abad 17 SM. Mereka memperoleh izin tinggal di Mesir karena penguasa saat itu adalah bangsa Hyksos yang secara emosional dekat dengan penduduk Palestina, Bani Israil. Namun, seiring dengan jatuhnya kekuasaan Hyksos ke tangan Firaun lagi di zaman New Kingdom, bangsa Israil menjadi bangsa kelas dua yang sering dianiaya oleh Firaun. Mereka banyak yang dijadikan budak, dan dijadikan sebagai ’pekerja paksa’ untuk membangun proyek-proyek Firaun. Sampai kelak dibebaskan oleh nabi Musa, dengan cara eksodus ke palestina kembali.
Suatu hari Qarun mendatangi Musa. Dia mengadukan nasibnya yang malang.
“Hai Musa, mohonkanlah kepada Tuhanmu agar aku tidak dililit kemiskinan,” ucap Qarun dengan nada memohon.
“Baiklah, aku akan berdoa kepada Alalh, “ucap Musa.
Qarun pulang dengan hati lapang. Dia yakin Allah akan mengabulkan doa Musa.
Musa pun berdoa kepada Allah. Dan Allah pun mengabulkan doanya. Qarun menjadi orang kaya. Malah menjadi sangat kaya. Hartanya sangat banyak. Gudang-gudang rumahnya berisi emas perak yang berlimpah. Dia memiliki beribu-ribu gudang harta. Sampai-sampai para pegawainya harus memikul kunci-kunci gudang hartanya tersebut.
Musa yang mendengar bahwa Qarun telah menjadi orang kaya segera mendatangi Qarun. Musa akan menagih janji kepada Qarun agar menyedekahkan sebagian hartanya kepada orang yang miskin.
Qarun yang telah menjadi orangkaya berubah menjadi orang yang sombong. Dia tidak mau  menyedekahkan hartanya. Ketika Nabi Musa mendatanginya, dia menghadapinya dengan wajah congkak dan sombong.
“Hai, Qarun, janganlah engkau terlalu bangga karena hartamu karena semua itu milik Allah. Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini,” ucap Musa yang sudah tidak sabar dengan kesombongan Qarun.
“Enak saja engkau bicara, aku mendapatkan harta ini karena kerja kerasku. Aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk orang lain.” Ucap Qarun lagi.
“Qarun bertobatlah sebelum siksa Allah datang.”
“Tidak akan ada yang bisa menyiksaku. Hartaku banyak, aku juga punya banyak penjaga yang akan melindungiku,” ucap Qarun lagi.
“Ingatlah Qarun, siksa Allah akan datang,” ucap Musa sambil pergi meninggalkan Qarun.
 Allah SWT memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan harta kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas [28]: 78).
Malam itu qarun tidak dapat tidur. Di telinganya terngiang-ngiang ucapan Musa. Namun semuany sudah terlmabat karena siksa Allah sudah ada di depan mata. Tanpa sempat dia menarik napas, bumi berguncang. Tiba-tiba, semua yang miliknya tenggelam di telan bumi. Begitu juga dengan Qarun yang ikut tenggelam bersama harta miliknya.
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan bencana sebagai hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain. ”Maka, kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada suatu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.” (QSAl Qashas[28]:81).

Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah SWT berfirman, ”Dan sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Fir’aun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari kehancuran.” (QSAl-’Ankabut[29]:39).

Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sifat bersyukur. Allah SWT melalui syariat yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan kita bagaimana cara menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti sedekah, zakat, infak, dan wakaf.
Dalam Alquran, Allah SWT menjanjikan, ”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha penyayang.” (QS Albaqarah [02]: 261).
Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak tersesat seperti Qarun. Karenanya, Allah SWT mengingatkan bahwa hendaklah kita bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah yang tidak dilakukan Qarun sehingga Allah SWT menimpakan bencana terhadapnya.
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar